Celoteh Santri

Ujian Nihai Di Musim Hujan

Menanti matahari terbit tepat pada waktunya

Tetapi rupanya mendung gelap lebih dulu menyapa

Berharap cahaya terang yang datang

Namun ternyata derasnya air hujan hingga menggenang

Rintikan air yang turun dari langit membasahi bumi

Hembusan angin dingin yang silih menemani kami

Rasanya ingin menarik selimut untuk mencari kehangatan

Berkhayal sinar terang terpancar dari awan

Namun akal tak kuasa, teringat banyaknya hafalan

Tumpukan buku yang butuh pemahaman

Melihat tanggal sudah masuk ujian

Semangat tetap membara meski badai hujan

Dingin bahkan menggigil tubuh kami rasakan

Tiupan angin kencang berkali-kali datang

Ingin rasanya hati kami menentang

Seolah tidak tahu bahwa kami sedang berjuang.

Itulah yang kami jalani saat ini, cuaca yang dingin dan kami sedang menghadapi ujian. Ditengah liburan anggota, kami mengerjakan soal. Bukan lagi ingin liburan diotak kami, tetapi pelajaran yang tak cepat kami pahami. Seraya ingin pecah kepala kami melihat buku bertumpuk yang harus dipelajari. Sembari berfikir bisakah kami menghadapi ujian ini? Seketika teringat mahfudzot kelas 1 KMI.

من جدّ وجد

(Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia)

 Ujian semester kemarin saja sudah pusing, apalagi ujian niha’i saat ini, dengan materi dari kelas 1 yang diujikan. Memahami kembali pelajaran yang sempat terlupakan. Usaha serta do’a setiap waktu kami panjatkan dengan harapan mendapatkan hasil yang maksimal.

Ujian dimulai tepat pukul 07.00 WIB, ditandai dengan bunyi bel, Kami segera memasuki kelas dan menempati tempat ujian.  Dengan khusyuk kami berdo’a meminta kemudahan dalam mengerjakan soal ujian akhir gelombang pertama ini. Berdetak lebih kencang jantung kami ketika pengawas ujian membagikan lembar soal. Sedikit melirik mata kami tertuju pada lembar soal yang sengaja diletakkan terbalik oleh pengawas dan berharap bisa menerawang isi soal.

Teng….. 1 kali bel berbunyi tanda bahwa peserta ujian diperbolehkan mengerjakan soal. Dengan perasaan banyak berharap keluar soal yang mudah, kami buka lembar soal diatas meja. Secepat mungkin kami mengerjakan soal ujian, karena soal ujian akhir ini 2 kali lebih banyak dari soal ujian biasanya. Kami baca dan jawab dari soal yang kami anggap paling mudah. Nomor demi nomor kami kerjakan, tidak terasa 120 menit kami duduk di tempat ujian, hingga berbunyi bel tanda lembar jawaban boleh dikumpulkan. Sangat lega, akhirnya kami telah melewati 1 mata pelajaran dari beberapa pelajaran yang diujikan.

Semoga kami, santri akhir KMI dapat mengikuti Ujian Niha’i dengan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Aamiin.

PMDA

Official Admin website Pondok Modern Daarul Abroor. Pesantren Mu'adalah Mu'allimin pertama di Sumatera Selatan. Jenjang KMI setara MTs dan Aliyah dengan durasi Pendidikan 4 dan 6 tahun.

Informasi Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button