Pmda,id.Tirtaharja- Persepsi orang terhadap peristiwa Isra’ dan Mi’raj bermacam-macam, ada yang menganggap peristiwa tersebut merupakan peristiwa istimewa dan menakjubkan sehingga bisa menambah keimanan bagi orang yang meyakininya. Ada juga yang menganggap biasa saja, ada yang acuh dan tidak peduli bagaimana kisah sebenarnya, padahal dia orang muslim. Jika diamati secara mendalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj memberikan pengaruh terhadap aqidah umat Islam. Karena peristiwa tersebut membentuk masyarakat pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah di-Isra’ dan Mi’raj-kan menjadi tiga kelompok. Pertama, banyak yang mengingkari, kedua, kelompok yang ragu-ragu dengan peristiwa tersebut (antara percaya dan tidak), ketiga, kelompok yang mengimaninya.
Pada zaman sekarang, pengingkaran terhadap peristiwa Isra’ dan Mi’raj dengan cara mempersoalkan dan menggugat dengan berbagai macam sanggahan yang bersifat rasional. Sedangkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa yang bersifat metafisik, yang tidak bisa dijangkau dengan rasio manusia yang terbatas.
Allah Ta’ala melebihkan manusia dibandingkan makhluk linnya dengan akal, Allah meneranginya dengan fitrah. Menurut tabi’atnya, manusia adalah makhluk yang beradab. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk mematuhi aturan-aturan yang telah Allah Ta’ala gariskan, dalam hal ini adalah syari’at Islam. Dengan begitu manusia bisa tetap mendapatkan fitrahnya sebagai manusia yang beradab.
Sebagai muslim, kita harus percaya bahwa Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Baik yang mungkin maupun yang mustahil menurut manusia, bagi Allah Ta’ala semuanya mudah. Perhatikan bagaimana sikap Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu terhadap berita yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau langsung membenarkan dan mempercayai berita tersebut. Beliau tidak banyak bertanya, meskipun peristiwa tersebut mustahil dilakukan dengan teknologi pada saat itu. Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim terhadap setiap berita yang datangnya dari Allah dan rasul-Nya.
Bagi seorang muslim, sudah seharusnya menerima berita tentang kisah isra’ dan mi’raj serta mengimani tentang kebenaran kejadian tersebut. Selain itu tidak menolak berita tersebut atau mengubah berita tersebut sesuai dengan kenyataannya. Kewajiban kita adalah beriman sesuai dengan berita yang datang terhadap seluruh perkara-perkara ghaib yang Allah Ta’ala kabarkan kepada kita atau dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika hidup ini dilandasi dengan keyakinan dan kepercayaan yang mendalam, maka akan memiliki tujuan yang bermakna dan memiliki nilai luhur. Apa pun yang terjadi di dunia ini karena kehendak dan kasih sayang Allah Ta’ala, karena Dia-alah pencipta alam, termasuk pencipta diri kita semua; dan Dia-lah yang akan menilai dan meminta pertanggung jawaban kita di akhirat nanti. Selanjutnya yang diharapkan Allah Ta’ala adalah bahwa segala yang diberikan-Nya dipergunakan secara bertanggung jawab di hadapan-Nya dan di hadapan manusia, yaitu dalam bentuk amal shalih.
Peristiwa Isra dan Mi’raj memberikan hikmah kepada umat Muslim agar memperkuat keimanannya kepada Allah Ta’ala dan menambah ketakwaan. Peristiwa Isra dan Mi’raj adalah sebuah bentuk kekuasaan Allah Ta’ala. Dengan mengimani peristiwa Isra dan Mi’raj kita mengimani kekuasaan Allah Ta’ala. Mengimani perkara-perkara ghaib yang disebutkan dalam riwayat, seperti: Buraaq, Mi’raj, para malaikat penjaga langit, adanya pintu-pintu langit, Baitul Ma’mur, Sidratul Muntaha beserta sifat-sifatnya, surga, dan selainnya.
Peristiwa agung tersebut menunjukkan keimanan para sahabat radhiyallahu’anhum. Mereka meyakini kebenaran berita tentang kisah ini, tidak sebagaimana perbuatan orang-orang kafir Quraisy. Dari peristiwa Isra dan Mi’raj juga, kita semakin mengimani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai utusan Allah Ta’ala sehingga bertambah kecintaan dan penghormatan kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Selain mencintai dan menghormati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita juga meneladani semua sifatnya yang mulia. Inilah akidah kaum muslimin seluruhnya dari dahulu hingga sekarang, terhadap mengimani apa saja yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya.
Oleh: Al-Ustadz Asep Subandi