pmda,id. Tirtaharja- Seyogyanya bagi seorang muslim menganggap hidup di dunia ini seperti musafir yang sedang menyiapkan bekal bepergian menempuh perjalanan yang teramat panjang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perumpamaan antara dirinya dengan dunia, “Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, at-Tirmidzi dan al-Hakim)
Tujuan hidup di dunia ini hanya untuk mempersiapkan bekal guna kehidupan di akhirat kelak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk menyikapi hidup di dunia ini sebagai ladang berbekal, dan sebaik-baiknya bekal adalah takwa kepada Allah Ta’ala. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat untuk menggunakan setiap kesempatan guna berbekal. “Jika kamu berada di waktu sore, jangan menunggu waktu pagi. Dan jika kamu berada di waktu pagi, jangan menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Bukhari).
Allah Ta’ala memberikan penghargaan kepada hamba-Nya yang melakukan amalan-amalan shaleh berupa surga dan berjumpa dengan-Nya kelak di akhirat. “…..Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. al-Kahfi: 110)
Sungguh merupakan suatu kebahagiaan apabila kelak kita dapat berjumpa dengan Rabb kita serta tinggal di surga dan merasakan segala kemewahan yang ada di dalamnya. Merasakan kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga atau bahkan tidak pernah terbesit dalam hati setiap manusia. Merasakan nikmatnya sungai dari susu dan madu, mendapatkan isteri yang cantik jelita, diberi umur muda dan hidup kekal, abadi selama-selamanya. Dan kenikmatan yang lebih dari itu semua, kita dapat memandang wajah Allah Ta’ala, pandangan yang menyejukkan mata-mata kita dan dapat membuat kita lupa dengan berbagai kenikmatan lainnya yang telah kita rasakan.
Di dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar mengatakan bahwa surga itu ada delapan buah pintu. Salah satu pintu dinamakan Ar-Rayyan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut ‘ar-Rayyan’. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pintu tersebut tidaklah dimasuki selain orang yang berpuasa. Ar-Rayyan adalah nama salah satu pintu di surga yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Kata tersebut sesuai dengan maknanya, sebab Ar-Rayyan berasal dari kata Ar-Rayy (melepas dahaga), sesuai dengan kondisi orang-orang yang berpuasa. Bahkan akan disebutkan bahwa siapa yang masuk melewati pintu itu, maka dia tidak akan merasa haus selamanya.
Kesimpulannya, pintu surga ar-Rayyan dikhususkan bagi orang yang berpuasa tidak untuk yang lain. Bila ingin memasukinya, maka caranya adalah dengan menunaikan puasa wajib maupun puasa sunnah.
Oleh : Al-Ustadz Asep Subandi
Jum’at, 24 Maret 2023 M/2 Ramadhan 1444 H