Dalam Islam, pendidikan (menuntut ilmu) merupakan aspek paling penting, bahkan Rasulullah menegaskan dengan kata-kata “wajib” baik laki-laki maupun perempuan.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan“. (HR. Imam At-Tirmidzi).
Melalui pendidikan, kita ingin menghasilkan manusia-manusia yang jujur, bersemangat kerja keras, tidak malas, berani, kreatif, cinta kebersihan, suka menolong dan sebagainya. Sifat jujur, pengasih, kerja keras, keberanian, dan sebagainya adalah sifat-sifat yang bersifat universal dan inklusif. Islam meletakkan sifat-sifat mulia tersebut dalam bingkai keimanan. Untuk menjadikan manusia yang penuh dengan sifat-sifat mulia harus ditempuh dengan proses pendidikan. Pendidikan bukanlah sekedar menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya, tapi pendidikan memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, kesatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor.
Sifat-sifat manusia yang mulia tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional. Walaupun sudah dilatih dan dibiasakan dengan hal-hal yang baik, terkadang hasil tidak berbanding lurus dengan keinginan. Seharusnya santri memiliki sifat-sifat yang baik dan terpuji. Tapi manusia bukanlah besi yang mudah dibentuk sesuai dengan selera tukang pandai.
Islam mengatur manusia dengan hukum taklifi, diantaranya : Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram. Maka dari itu, kita akan membagi tipe santri menjadi lima : Santri Wajib, Santri Sunnah, Santri Mubah, Santri Makruh dan Santri Haram.
Santri Wajib
Kelompok ini merupakan kelompok yang beranggotakan santri-santri yang memiliki sifat-sifat mulia seperti : Memiliki ketaatan yang sangat tinggi, hormat pada ustadz, semangat belajar menggebu-gebu, mereka juga memiliki kreativitas yang tinggi, ikhlas menerima saran dan perintah ustadnya, jujur, pengasih, kerja keras, mereka mampu membina hubungan baik dengan teman sejawat dan adik kelas mereka. Mereka mampu menjadi teladan bagi yang lebih muda. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai santri yang baik, tapi mereka juga aktif, mampu dan sanggup menanamkan nilai-nilai religius kepada lingkungan masyarakat ketika sudah lulus. Keberadaan santri semacam ini selalu diharap-harapkan semua orang. Selalu diharapkan kreativitasnya. Dan ketika santri ini sudah lulus, ustadz-ustadznya akan selalu mengenangnya.
Santri Sunnah
Kelompok ini merupakan kelompok yang beranggotakan santri-santri yang memiliki sifat-sifat mulia seperti : Memiliki ketaatan yang sangat tinggi, hormat pada ustadz, semangat belajar menggebu-gebu, mereka juga memiliki kreativitas yang tinggi, ikhlas menerima saran dan perintah ustadnya, jujur, pengasih, kerja keras, mereka mampu membina hubungan baik dengan teman sejawat dan adik kelas mereka. Mereka mampu menjadi teladan bagi yang lebih muda. Yang membedakan santri ini dengan santri wajib adalah mereka kurang mampu menanamkan nilai-nilai relijius kepada lingkungan masyarakat ketika sudah lulus. Keberadaannya akan bernilai baik ketika aktif di masyarakat. Dan tidak berarti apa-apa (tidak berpengaruh) ketika ia tidak ada.
Santri Mubah
Kelompok ini merupakan kelompok yang beranggotakan santri-santri yang memiliki sifat-sifat seperti : Ta’at, hormat pada ustadz, semangat belajarnya biasa, mereka juga memiliki kreativitas biasa, tidak mau capek, mau kerja tapi sekedarnya, dan yang disayangkan tidak mempunyai sifat ikhlas. Keberadaannya sama saja dengan tidak adanya mereka. Mereka tidak mampu menanamkan nilai-nilai religius kepada lingkungan masyarakat ketika sudah lulus. Kalaupun memberikan kontribusi selalu perhitungan untung rugi dan diukur dengan materi.
Santri Makruh
Kelompok ini merupakan kelompok yang beranggotakan santri-santri yang memiliki sifat-sifat serba kurang : kurang ta’at, kurang hormat pada ustadz, semangat belajarnya kurang, mereka juga memiliki kreativitas kurang, kurang jujur, kurang pengasih, malas dan yang lainnya juga kurang. Kalaupun sudah lulus dari pesantren, tidak mempunyai sifat ikhlas. Mereka tidak mampu menanamkan nilai-nilai religius kepada lingkungan masyarakat. Keberadaannya pasif, tidak memiliki peran di masyarakat dan tidak mencemarkan nama baik pesantren sebagai almamaternya.
Santri Haram
Kelompok ini merupakan kelompok yang beranggotakan santri-santri yang memiliki sifat-sifat tercela : sering melanggar disiplin, kurang hormat pada ustadz, semangat belajar tidak ada, mereka juga tidak memiliki kreativitas, kurang jujur, pemalas dan tidak ikhlas. Hubungannya tidak harmonis dengan teman sejawatnya dan suka usil kepada yang lebih muda. Ketika dia tidak ada yang lain merasa lega dan bersyukur. Kalaupun lulus dari pesantren, mereka mencemarkan nama baik pesantren sebagai almamaternya. Keberadaannya di masyarakat suka membuat onar dan berperilaku tidak baik.
Lima parameter santri tersebut digunakan untuk memberikan panduan bagaimana seharusnya bertindak. Mereka dijadikan patokan absolut untuk menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Ditulis oleh Al Ustadz Asep Subandi.
Baca juga: Beda Islam Moderat dan Islam Liberal.